Kesehatan Mental: Gejala, Penyebab, dan Perawatan Depresi

Share On Facebook ! Tweet This ! Share On Google Plus ! Pin It ! Share On Tumblr ! Share On Reddit ! Share On Linkedin ! Share On StumbleUpon !
IndoSister.com - Depresi adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan perasaan sedih dan putus asa yang berlangsung lama sehingga mempengaruhi cara seseorang berpikir, berfungsi, dan berperasaan. Kondisi ini mungkin akan sangat mempengaruhi kehidupan keseharian seseorang dan bisa memunculkan pikiran untuk bunuh diri. Depresi tidak sama dengan kesedihan atau kemurungan yang disebabkan pengalaman hidup yang sulit.

Pada tahun 2012 saja,
diperkirakan ada lebih dari 16 juta orang penduduk dewasa Amerika Serikat, atau sekitar 7% dari total populasi dewasa, yang setidaknya mengalami saat depresi, atau memperlihatkan gejala depresi. Statistik dari National Institute of Mental Health (NIMH) tadi menjadikan depresi sebagai gangguan mental yang paling umum diderita di AS.

Kesehatan Mental: Gejala, Penyebab, dan Perawatan Depresi

Masih menurut NIMH,
depresi bisa terjadi pada orang dari semua rentang umur, ras, dan kelas sosio - ekonomi kapanpun. Kondisi depresi juga lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan dengan pria. Wanita berusia 40 sampai 59 tahun ternyata memiliki tingkat depresi tertinggi dengan jumlah 12.3%.

Gejala Depresi
Orang yang menderita depresi mungkin akan mengalami beberapa gejala yang berbeda, tapi yang paling umum adalah: perasaan sedih yang mendalam atau kehilangan keinginan dan kesenangan untuk melakukan aktifitas.

 Beberapa gejala depresi lain:

• Mudah tersinggung, pergolakan emosi, atau kegelisahan
• Dorongan seksual lebih rendah
• Ketidakmampuan untuk fokus
• Insomnia atau tidur berlebihan
• Perubahan nafsu makan, baik makan terlalu banyak atau terlalu sedikit
• Kelelahan kronis
• Sering menangis
• Gejala fisik yang tidak bisa dijelaskan seperti sakit kepala atau sakit badan
• Merasa putus asa dan tidak berarti
• Menarik diri dari pergaulan sosial dan aktifitas normal
• Memikirkan kematian atau bunuh diri

Penyebab Depresi
Parailmuwan awalnya menduga penyebab depresi adalah kadar serotonin, neurotransmitter yang bertanggung jawab untuk perasaan senang dan bahagia, yang terlalu rendah. Saat pasien mulai diberikan obat berisi serotonin, beberapa diantara mereka mulai merasa lebih baik. Tapi saat dilihat lebih dekat, mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak biasa tentang hippocampus para pasien.

Struktur yang berbentuk seperti kuda laut dalam otak ini bertanggungjawab atas ingatan dan memori, dan mereka yang depresi memiliki ukuran yang lebih kecil. Lebih buruk lagi, semakin lama mereka depresi, semakin menciut pula ukuran hippocampus, sehingga sangat membatasi kemampuannya. Merangsang pertumbuhan hippocampus dengan syaraf baru membuat para pasien menjadi lebih bahagia dan lebih sehat.

Meski masih banyak perdebatan mengenai penyebab depresi sebenarnya, tapi diperkirakan bahwa depresi disebabkan oleh faktor genetik, biologis, lingkungan, dan psikologi. Ada beberapa kondisi medis tertentu yang juga bisa memicu depresi, termasuk kelenjar tiroid yang kurang aktif kanker, sakit terlalu lama, dan berbagai penyakit signifikan lain. Depresi yang ditimbulkan karena hormon juga bisa terjadi setelah melahirkan atau menopause.

Sebagai tambahan, menurut NIMH, pengobatan tekanan darah tinggi dan obat bius juga bisa dihubungkan dengan depresi.

Diagnosa Depresi
Untuk mendiagnosa seseorang dengan gangguan depresi, dokter biasanya akan bertanya mengenai sejarah kesehatan keluarga, pola makan dan perilaku (seperti makan dan tidur), serta pemikiran untuk bunuh diri.

Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM),
disebutkan bahwa untuk menyatakan seseorang memang mengalami gangguan depresi serius, orang tersebut harus menunjukkan limaatau lebih gejala di atas setidaknya selama dua minggu. Orang tersebut juga harus menunjukkan perasaan depresi, atau kehilangan kemauan dan kesenangan.

Harus diperjelas juga bahwa gejala tadi tidak disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti masalah tiroid, atau karena efek obat dan perawatan medis. Jadi dokter akan melakukan tes darah atau tes pada tiroid untuk memastikan fungsinya berjalan dengan normal. Dan yang terakhir, dokter akan melihat apakah gejala tadi menimbulkan tekanan atau ketidakseimbangan signifikan pada pergaulan sosial, dunia kerja, dan area penting lain dalam hidup.

Perawatan Depresi
Survey sudah menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang mengalami depresi tidak meminta bantuan kesehatan untuk kondisi yang mereka alami. Hal ini bisa jadi disebabkan karena masih banyaknya stigma dan pandangan buruk mengenai depresi. Padahal bila dibiarkan tanpa perawatan, depresi serius bisa beresiko menyebabkan serangkaian masalah sosial, emosional, dan kesehatan yang malah akan menambah stress penderita.

Perawatan depresi dengan terapi psikologis

Menurut Mayo Clinic,
resiko tadi termasuk penggunaan narkoba dan alkohol, kecemasan, dikucilkan secara sosial, konflik dalam hubungan, kesulitan di kantor atau sekolah, bahkan bunuh diri.

Perawatan depresi bisa berupa terapi psikologis, pemberian obat, atau gabungan keduanya :

• Pemberian obat:
Obat resep yang dinamakan dengan antidepresan, membantu mengubah mood dengan mempengaruhi zat kimia alami otak. Ada beberapa kategori antidepresan, tapi biasanya dokter akan memulai dengan jenis obat yang disebut dengan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), dan akan mencoba obat lain bila kondisi pasien tidak membaik.

SSRIs menarget serotonin otak, beberapa obat yang termasuk dalam kategori ini adalah fluoxetine (dikenal secara umum dengan nama Prozac), sertraline (Zoloft), paroxetine (Paxil), escitalopram (Lexapro), dan citalopram (Celexa). Efek samping dari obat tadi biasanya hanya sementara, termasuk perubahan dalam dorongan seksual, masalah pencernaan, sakit kepala, insomnia, dan perasaan gugup.

• Terapi Psikologis:
Terapi atau konseling telah membantu banyak pasien untuk mengatasi depresinya. Penelitian juga menunjukkan bahwa menggabungkan terapi dan pemberian obat secara bersamaan bekerja sangat baik untuk merawat orang dengan depresi parah. Menurut Mayo Clinic, beberapa jenis terapi psikologis termasuk terapi kognitif perilaku, terapi interpersonal, terapi dialektik perilaku, terapi komitmen dan penerimaan, serta teknik menenangkan pikiran.

# Sekarang para sahabat IndoSister.com sudah tahu, bila ada orang di sekitar Anda yang menunjukkan gejala di atas atau sudah menyatakan depresi, bukan berarti mereka melihat hidup secara negatif atau merasa sedih secara berlebihan.


- Berempatilah dan bantu mereka dengan mengajak menemui dokter / Psikiater, atau setidaknya mengajak mereka berbicara dari hati ke hati, karena masalah kesehatan mental yang diabaikan bisa sangat merusak kehidupan seseorang.
SHARE ARTICLE :

Artikel Selengkapnya Lihat di : DAFTAR ISI ARTIKEL - XaXiXu.Com
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

- Tolong di Share ya Guys ! agar artikel diatas juga bermanfaat bagi sobat lainnya.

- Btw ... TerimaKasih, Saya sangat menghargai kesediaan sobat utk berKomentar.
- Silakan berpromosi bagi yang punya web, namun kotak comment hanya bisa -
menampilkan link mati, silakan Manfaatkan link hidup/aktif di bagian Name/urL.

 
Copyright ©2014 - 2024 • XaXiXu.Com
Template Powered by Blogger